Sitanggang - Jakarta
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana akan memutus kerjasama militer dengan Australia akibat simbol negara yang diplesetkan. Hal itu sebagai bentuk peringatan agar negeri Kanguru itu tidak mengulah lagi.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membenarkan rencana penghentian kerjasama militer antara Indonesia dan Australia. Kerja sama militer diputus karena insiden penghinaan terhadap Pancasila pada pelatihan di Barak Campbell di kota Perth.
"Tentang tentara yang dulu, Timor Leste, Papua juga harus merdeka, dan tentang Pancasila yang diplesetkan jadi Pancagila," ujar Gatot kepada wartawan di Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (5/1) lalu.
Sementara, Pengamat Intelijen dan Militer Universitas Indonesia, Wawan H. Purwanto menilai perlu dilakukan evaluasi kerjasama di kedua belah pihak antara Indonesia dan Australia. Menurutnya, perbedaan kultur antara Indonesia dan Australia menjadi penyebab reaksi gejolak adanya plesetan simbol negara oleh negara tetangga itu.
"Di masyarakat terjadi, adanya gejolak, adanya pemikiran yang berbeda. Nah ini karena semua beda culture, mungkin bagi mereka biasa, bagi kita belum tentu. Oleh karenanya ini harus sama-sama introspeksi dan nantinya juga kan pulih lagi. Nanti, karena mengingatkan bahwa menjadi ini menjadi kewajiban bersama," kata Wawan.
Sebelumnya, ketegangan Australia dan Indonesia juga pernah terjadi. Tahun 1999 lalu, saat Australia menuding Kopassus melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Timor Timur.
Kemudian pada tahun 2013, TNI juga pernah memutuskan kerja sama dengan Australia karena Australia menyadap komunikasi Presiden Bambang Susilo Yudhoyono. (S-02/dtc)