Sitanggang.net - Samosir
Banyak lokasi sakral dan unik yang akan kita temui di Pulau Samosir, berbagai lokasi yang dianggap sakral oleh warga setempat memiliki kisah dan cerita yang unik. Keunikan cerita di lokasi itu juga ternyata memiliki bukti yang sering dirasakan warga di sekitar lokasi.Tempat yang akan dibahas kali ini adalah Danau Silengge yang terletak di Desa Hutatinggi Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
Danau Silengge di Desa Hutatinggi Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir | Foto: Marcopolo |
Jarak Danau Silengge dari Pangururan sekitar 3 KM dari Kota Pangururan.Tim Sitanggang.net kemudian berangkat ke lokasi, Jumat (19/08/2016) untuk meliput kisah Danau Silengge yang dianggap sangat sakral dan banyak memiliki keunikan yang tidak kalah dengan lokasi lainnya di Pulau Samosir.
Untuk sampai kelokasi ini tidaklah sulit, karena akses jalan sudah dapat dilalui kendaraan baik mobil maupun motor.Beberapa warga yang di temui di lokasi menceritakan, ratusan tahun yang lalu, di Danau Silengge pernah terjadi kejadian pilu. Sebanyak 6 (enam) orang perempuan boru Sitanggang tenggelam di Danau Silengge. Awalnya 7 (tujuh) Wanita boru Sitanggang hendak mandi ke Danau Silengge, ketika seorang masuk kedalam air dia tiba-tiba tenggelam. Melihat itu, saudaranya kemudian menolong dengan cara menariknya, akan tetapi naas saudaranya juga ikut tertarik ke dalam air.
Hal itu terus terjadi sampai saudaranya yang ke enam.“Enam boru Sitanggang itu tarik menarik sampai tenggelam di dalam air. Tapi Boru sitanggang yang ketujuh tidak mau ikut dan dia yang selamat. Boru Sitanggang itulah yang menikah dengan Marga Naibaho Hutaparik dan berketurunan di sini,” terang Op. Roy Br. Sitanggang, kepada Sitanggang, Jumat (19/08/2016) di Pasar Silengge Desa Hutatinggi Kabupaten Samosir.
Ketujuh boru Sitanggang itu merupakan keturunan dari Op. Marigom Sitanggang suami dari Boru Naibaho dan memiliki dua Saudara Laki-Laki yang sakti mandraguna yaitu Op. Guru Abbat dan Op. Guru Sinatti. Op. Guru Abbat dan Op. Guru Sinatti akhirnya berpisah, dimana Op. Guru Abbat tinggal di Desa itu sementara saudaranya Guru Sinatti pergi ke wilayah Rianiate.
Lebih lanjut diceritakannya, Danau Silengge menyimpan banyak hal yang unik dan sakral. Di Danau ini dilarang keras mencuci pakaian wanita yang baru melahirkan, selain itu tidak boleh mencuci bagian dalam binatang (maaf daging babi-red) termasuk memelihara babi di sekitar danau.“Kalau ada yang berbuat demikian, pasti akan ada sesuatu yang terjadi kepadanya sebagai bentuk peringatan,” kata Op. Roy Br. Sitanggang yang juga kerabat (keluarga) dari enam perempuan yang tenggelam di Danau itu.
Di lokasi yang sama, A. Lisra Sitanggang menambahkan, di Danau Silengge ada ditumbuhi sebuah pohon beringin menyerupai pohon jajabi yang sudah berumur ratusan tahun. Dikatakan, pohon itu merupakan pohon yang memiliki nilai mistis dan sakral. Pohon tersebut tidak dapat ditebang dan juga dibakar.
“Kalau ada ranting atau bagian dari pohon itu di potong, maka sepanjang potongan itu akan muncul ular dan pasti mendatangi orang yang memotong, bahkan akan diikuti sampai ke rumah,” ucap A. Lisra Sitanggang.
Dulu kata A. Lisra, Danau Silengge lebih luas dari Danau Sidihoni, Panjang danau itu mencapai 1,5 KM, dengan luas hampir 1 KM. Karena luasnya danau itu, warga kemudian membuat benteng supaya air tidak menggenangi perumahan penduduk.
Keunikan lain dari Danau Silengge ini adalah keajabainnya ketika air danau mengalami kenaikan saat hujan datang, Danau ini memiliki sirkulasi kolam renang. Artinya ada keseimbangan air atau balancing tank di Danau.“Kalau air sudah menaik atau penuh, maka air akan secara otomatis tersedot kedalam bumi. Air akan disedot, dan itu terlihat jelas ketika permukaan danau berubah seperti pusaran. Kalau sudah seperti itu maka warga tidak boleh berada di air. Takutnya kan ikut tersedot,” kata A. Lisra Sitanggang.
Kejadian seorang warga hampir ikut masuk ke pusaran air di Danau itu juga diamini A. Hendra Naibaho warga sekitar. Air Danau Silengge kata Naibaho dapat berubah-berubah. Air danau silengge dapat berubah warna menjadi Kuning, biru laut dan putih.
“Kami mandi, mencuci dan berenang di Danau itu. Tapi jangan coba-coba berbuat yang tidak baik di sekitar danau. Nanti bisa-bisa kesurupan,” imbuhnya.
Di lokasi yang berbeda, Kepala Desa Hutatinggi Kornel Naibaho membenarkan kisah tenggelamnya enam boru Sitanggang di Danau Silengge. Dia menambahkan, Danau Silengge adalah tempat yang sangat sakral dan perlu untuk dilestarikan.Kornel Naibaho berharap agar Pemerintah Daerah memberikan perhatian terhadap lokasi Danau Silengge, agar lokasi itu dapat dipugar dan dilestarikan karena memiliki nilai history dan budaya.
“ini adalah nilai positif, ada kesakralan, karena ditempat itu tidak boleh sembarangan buang air, di tempat itu juga ada pohon baringin yang tak bisa di tebang ataupun dibakar, jadi perlu perhatian pemerintah supaya lokasi Danau Silengge tetap dilestarikan,” pungkas Naibaho.